
UM Buton Deklarasikan Kampus Merdeka
Gebrakan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menuai banyak
pujian dari kalangan akademisi. Nadiem dinilai sebagai sosok yang berpikiran
radikal dengan terobosannya berupa konsep 'Merdeka Belajar' dan 'Kampus
Merdeka' di era reformasi.
Universitas
Muhammadiyah (UM) Buton menyiapkan sejumlah langkah terkait kebijakan Kampus
Merdeka yang diusung Menteri Nadiem Makarim. Kampus Merdeka yang merupakan
lanjutan dari Konsep Merdeka Belajar. UM Buton pun mendukung kebijakan Kampus
Merdeka tersebut.
Sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan tersebut, Universitas Muhammadiyah Buton menyelenggarakan Workshop Kurikulum Kampus Merdeka dengan menghadirkan Narasumber dari Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah, Dwi Cahyono secara daring yang dimulai sejak 30 Mei-6 Juni 2020 dan diikuti oleh seluruh pimpinan universitas, fakultas, lembaga, program studi, dan perwakilan dosen.
"Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka adalah reformasi proses pendidikan guna mancapai arah peningkatan mutu institusi dan berkembangnya potensi SDM yang juga merupakan suatu pola baru dalam tatanan pembelajaran yang membutuhkan seperangkat sistem yang saling terkait, oleh karena itu konsep kebijakan merdeka belajar mendorong terjadinya pembenahan dan penyesuaian kurikulum, sistem informasi dan dosen” ujar Rektor Universitas Muhammadiyah Buton Wa Ode Al Zarliani, Rabu (3/6/2020).
Untuk mengimplementasikannya dibutuhkan komitmen, kerjasama dan kerja keras dari berbagai pihak terutama pimpinan universitas, fakultas, prodi, mahasiswa, dan mitra industri.
“Semua
pihak harus bersinergi dan membangun persepsi yang sama tentang konsep kampus
merdeka sehingga apa yang menjadi harapan utama mampu menghasilkan lulusan yang
siap memasuki dunia kerja, siap berkarir dapat terwujud" harap Al
Zarliani.
Al Zarliani mendukung dua terobosan Menteri Nadiem tersebut. Menurutnya,
"Merdeka
Belajar dan Kampus Merdeka adalah proses yang sedang diubah Mas Nadiem, dari
pola lama ke sesuai zaman supaya unggul dan memenuhi permintaan pasar kerja,"
tuturnya.
Sementara
itu, Dwi Cahyono selaku narasumber Workshop mengungkapkan, perubahan pola
sistem pendidikan memang sudah mendesak dilakukan di Indonesia.
"Nadiem
memberlakukan konsep yang memang diperlukan, Nadiem mereformasi dengan Merdeka
Belajar. Menyeimbangkan antara teori pelajaran dan terapan, menumbuhkan
keahlian serta analisa," kata Dwi.
Merdeka
Belajar yang dicetuskan Nadiem Makarim merupakan bagian utama dari perbaikan
program pendidikan di Indonesia. Ada empat pokok kebijakan Kampus Merdeka yakni otonomi pembukaan program studi baru,
reakreditasi otomatis dan sukarela, mahasiswa bebas belajar tiga semester di
luar program studi, dan syarat PTN-BH dipermudah.
Kegiatan
Workshop ini sebagai tahapan dari persiapan bagi UM Buton untuk meningkatkan
peringkat akreditasi baik Institusi maupun program studi. Selain itu, lanjut Al
Zarliani, UM Buton juga akan merancang kebijakan terkait perumusan kurikulum
lintas multidisiplin. Sehingga mahasiswa ilmu sosial, juga bisa belajar ilmu
eksakta, dan mahasiswa ilmu eksak juga bisa mengerti ilmu sosial. bahwa kampus
merdeka dan merdeka belajar dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja. Lebih
lanjut, UM Buton akan mengadakan mata kuliah berbasis kemaritiman dan
entrepreneurship, mata kuliah dan kegiatan pembelajaran berbasis digital,
student exchange, serta pengembangan program magang/intership 6 bulan.
Mahasiswa
bisa belajar tanpa adanya ruang dan waktu. Itu malah lebih terlihat flkesibel.
Namun kebijakan itu jangan diartikan bebas sebebas-bebasnya. Mahasiswa wajib
mengikuti peraturan dari kampus yaitu teratur dan kompeten," tutup Al
Zarliani. (kom)